Dari kiri ke kanan:
Iwan Wijono
Lahir di Solo, 25 Januari 1971
Lulus Studi Hukum Internasional di UII (Universitas Islam Indonesia, 1990 – 1997)
Studi Lukis di ISI (Institut Seni Indonesia, 1992-1998)
Aktif dalam gerakan mahasiswa 1990-an dengan menggunakan media tubuh sebagai seni performans ruang publik, mendirikan Performance Klub 2003, mengembangkan media tubuh dan penyelenggaraan festival/program performance awal sejak 2000-an seperti JIPAF (Jakarta International Performance Art Festival), Wed Action, PERFURBANCE, Yes No Klub, dll. Aktif berjaringan kerja seni performatif bersama TAV (The Artists Village, S’pore), New World Disorder (Philipines), Artists Party (Thailand), dan INTER Arte Actuel magz (Canada) sebagai anggota dewan redaksi. Selama pandemi tahun 2020-2022 aktif kerja sosial bersama komunitas Public Kitchen dan Public Farm (berkaitan dengan pembagian makanan sehat dan pertanian bio dinamik tropis). Sejak 2016 aktif bersama FUI Forum Upcycle Indonesia mengembangkan Ekonomi Sirkular berkaitan dengan kearifan lokal dalam konteks global.
Franziska Fennert
adalah seorang seniman Jerman, lahir di bekas negara sosialis Jerman Timur, yang telah tinggal di Indonesia sejak tahun 2013. Ia berkarya terutama dengan benda-benda yang dijahit dan lukisan di mana ia mencari penyembuhan dari trauma peralihan (reunifikasi Jerman-Jerman). Pengambilalihan bekas negara bagian GDR oleh Republik Federal Jerman sangat mengguncang keluarganya dan secara tidak langsung menyebabkan kematian ayahnya bertahun tahun kemudian. Masa tinggalnya di Indonesia memungkinkannya untuk merefleksikan sistem nilai selain kapitalisme dan mencari akar spiritual. Melalui karyanya, ia berusaha memahami perilaku manusia, konstruksi ekonomi dan struktur sosial dalam konteks global. Sejak berpartisipasi dalam Residensi Seni Alam, Tsukuba, Jepang pada tahun 2018, ia melihat lingkungan yang teremansipasi sebagai bagian penting dari sistem sosial yang progresif. Bergabung dengan Indonesian Upcycle Forum pada tahun berikutnya, ia mengeksplorasi ekonomi sirkular dan spiritualitas Jawa sebagai alternatif dari kapitalisme. Pada tahun 2020, Franziska memprakarsai pembangunan candi yang terbuat dari sisa-sisa plastik yang dilebur menjadi bata di samping tempat pembuangan sampah Piyungan, Yogyakarta, yang kemudian secara kolektif berevolusi menjadi Monumen Antroposen. Tujuannya adalah untuk mengubah masyarakat global melalui ekonomi sirkular yang berorientasi sosial dan ekologis dan menghormati para leluhur di suatu negara/tempat. Franziska menyelesaikan studi masternya di Universitas Seni Rupa Dresden pada tahun 2011 dengan beasiswa negara bagian Sachsen. Empat tahun sebelumnya, pameran tunggal Everything is Rites/Semua adalah Upacara di Museum Affandi, Yogyakarta, merupakan puncak dari beasiswa Darmasiswa yang diterimanya. Sebagai ketua asosiasi Jerman-Asia, Cover e.V. pada tahun 2012-2013, ia menyelenggarakan pameran internasional di Dresden dan Shanghai. Saat melaksanakan proyek di ruang publik, Vision of a social Evolution, yang didanai oleh Lawangwangi, Artsociates Bandung dan Kementerian Luar Negeri Jerman, ia pindah kembali ke negara rumah pilihan, Indonesia.
Dr. Ingo Schöningh
lahir tahun 1974, dibesarkan di pertanian Frisia Timur. Pernah ditempatkan di Cologne/Bonn, Munich, Berlin, Mannheim; tugas atas nama budaya asing dan kebijakan pendidikan di Hanoi, Seoul dan Tokyo. Sejak tahun 2020, kepala program budaya regional di Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, berbasis di Goethe-Institut di Jakarta. Anggota Dewan Federal Kulturpolitische Gesellschaft e.V.
Ignatia Nilu
(Lahir - 1988, Indonesia) Ignatia Nilam Agusta (Ignatia Nilu) adalah seorang penulis, kurator independen dan produser kegiatan kebudayaan yang berbasis di Indonesia. Secara formal, ia menempuh pendidikan dalam bidang ilmu politik dan sekarang berkegiatan pada topik seni visual, seni media dan seni sonik dengan pendekatan interdisipliner. Ia terlibat dalam beberapa festival seni di Indonesia seperti ARTJOG| The International Contemporary Art Festival yang berbasis di Jogjakarta, Indonesia sejak tahun 2015 sebagai kurator, ARTBALI dan Sumonar Festival. Dia juga telah mengkurasi proyek-proyek internasional di banyak platform seperti museum, simposium, pembuatan pameran & forum sejak 2010.
Dhoni Yudhanto
Dhoni Yudhanto lahir di Yogyakarta, 18 April 1989. Ia lulus dari Jurusan Arsitektur Universitas Gadjah Mada pada tahun 2013. Di jurusan Arsitektur, ia memfokuskan studinya dalam bidang Arsitektur Eksperimental dan Perancangan Kota. Ia juga belajar pemodelan 3D dan pengembangan prototipe. Ia juga berkolaborasi dalam beberapa proyek dengan disiplin ilmu lain seperti elektronika, biologi, mode, dan banyak lagi. Bersama rekan-rekannya dari universitas, ia mendirikan DORXLAB. DORXLAB adalah laboratorium arsitektur yang berfokus pada arsitektur eksperimental dan parametrik. Dhoni telah terlibat dan menjadi bagian dari proyek-proyek HONFablab (Fablab Yogyakarta, sebuah Fablab yang didirikan oleh HONF Foundation pada tahun 2011) sejak 2011, Diamagneti(c/sm) Species Istanbul Biennale pada tahun 2013, Grow Kitchen Project Pau, Prancis pada tahun 2015, dan Anyang Public Lab Project, Korea Selatan pada tahun 2016. Selain itu, ia berkolaborasi dengan HONF dan HONFabLab sebagai peneliti dan rekan kerja.
Supardiono, S.Sn.
-