Monumen Antroposen adalah tempat perenungan budaya - tempat
untuk menegosiasikan kembali pola hubungan dan tata nilai. Di tengah krisis
budaya masyarakat yang berorientasi ekonomi linier, Monumen Antroposen melihat
dirinya sebagai laboratorium yang mengeksplorasi cara-cara untuk memperluas
kesadaran secara umum.
Hal ini mencakup harmonisasi kemajuan teknis dan ilmiah
dengan pengetahuan leluhur - melalui penjabaran akar budaya daerah yang
bersangkutan. Memahami Antroposen berarti menganalisis tentang dominasi -
secara historis, serta resonansi struktur-struktur lama hingga saat ini.
Idealnya, pola perilaku antroposentris dapat dilarutkan melalui pemahaman
psikologis yang mendalam sehingga visi kosmosentris yang holistik dapat
tercipta.
Dengan penempatan monumen di tanah Indonesia, atau lebih
tepatnya tanah Jawa, dan investasi awal dari pemerintah Jerman, kompleks ini
akan menjadi sebuah ruang cermin dari persepsi kedua wilayah terhadap dunia,
penciptaan nilai dan interpretasi ekologi.
Sebuah program pameran, pertunjukan, diskusi, pagelaran, dan
tur edukasi yang dikoordinasikan oleh kurator dan pemerintah desa, bertujuan
untuk memberikan kontribusi terhadap dekolonisasi kognitif secara umum.
Komponen tetap dari program ini:
Residensi untuk seniman, kurator, dan penulis
Sepanjang tahun, praktisi budaya dapat mengajukan permohonan
residensi dan, setelah berkonsultasi dengan tim Monumen, menentukan periode dan
lingkup kegiatan. Akomodasi disediakan di rumah-rumah penduduk di daerah
administratif Bawuran, Pleret, Bantul, Yogyakarta.
Wisomongso
Wayang kontemporer, yang menginterpretasikan roman fiksi
“Wisomongso” karya penulis DangJa dari Yogyakarta, merupakan bagian integral
dari program budaya. Dalam
imajinasi yang fantastis, author buku ini mempertanyakan peninggian diri
manusia di atas kekuatan ilahi. Kurator pagelaran ini dengan program
samping adalah Aa Nurjaman, seorang praktisi seni dari Tasikmalaya.
Kamis, 01 Desember 2022 - 16:45